Social Icons

Pages

Rabu, 07 November 2012



KELAS PISCES


Secara umum yang dimaksud dengan ikan adalah hewan vertebrata yang berdarah dingin yang hidup di air, perkembangan dan keseimbangan menggunkan sirip pada umumnya bernapas dengan insang sedangkan ilmu pengetahuan yang membahas tentang ikan dan segala aspek yang berhubungan dengannya adalah Ikhtiologi.
Ikan adalah hewan yang bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah dingin (poikilothermal) dimana hidupnya dilingkungan air, pergerakan dan keseimbangan dengan menggunakan sirip serta pada umumnya bernafas dengan insang.
Ikan adalah kelompok vertebrata yang paling besar jumlahnya. Ikan mendominasi kehidupan perairan diseluruh permukaan bumi. Jumlah spesies ikan yang telah berhasil dicatat adalah sekitar 21000 spesies dan diperkirakan berkembang mencapai 28000 spesies. Jumlah spesies ikan yang hidup dipermukaan bumi adalah 21.723 spesies, sementara jumlah spesies vertebrata yang ada diperkirakan sekitar 43.173 spsies.

A.  Morfologi
Pada umumnya tubuh ikan terbagi atas tiga bagian, yaitu:
1.         Caput: bagian kepala, yaitu mulai dari ujung moncong terdepan sampai dengan ujung tutup insang paling belakang. Pada bagian kepala terdapat mulut, rahang atas, rahang bawah, gigi, sungut, hidung, mata, insang, tutup insang, otak, jantung, dan sebagainya.

2.         Truncus: bagian badan, yaitu mulai dari ujung tutup insang bagian belakang sampai dengan permulaan sirip dubur. Pada bagian badan terdapat sirip punggung, sirip dada, sirip perut, serta organ-organ dalam seperti hati, empedu, lambung, usus, gonad, gelembung renang, ginjal, limpa, dan sebagainya.
3.         Cauda: bagian ekor, yaitu mulai dari permulaan sirip dubur sampai dengan ujung sirip ekor bagian paling belakang. Pada bagian ekor terdapat anus, sirip dubur, sirip ekor, dan kadang-kadang juga terdapat scute dan finlet.
Bagian tubuh ikan mempunyai ukuran yang sangat bervariasi. Ukuran bagian badan pada ikan tambakan (Helostoma temminckii Cuvier, 1829) sangat pendek, sirip dubur sangat panjang, dan permulaan sirip dubur tidak jauh dari bagian kepala. Sebaliknya, ukuran bagian badan pada ikan belut sangat panjang.
Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan tempat dan cara mereka hidup. Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian tengah-tengah tubuhnya (potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi kiri. Selain itu, ada beberapa jenis ikan yang mempunyai bentuk non-simetris bilateral, yang mana jika tubuh ikan tersebut dibelah secara melintang (cross section) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh, misalnya pada ikan langkau (Psettodes erumei) dan ikan lidah (Cynoglossus bilineatus). Bentuk tubuh simetris dapat dibedakan atas:
1.         Fusiform atau bentuk torpedo (bentuk cerutu), yaitu suatu bentuk yang sangat stream-line untuk bergerak dalam suatu medium tanpa mengalami banyak hambatan. Tinggi tubuh hampir sama dengan lebar tubuh, sedangkan panjang tubuh beberapa kali tinggi tubuh. Bentuk tubuh hampir meruncing pada kedua bagian ujung. Contoh: Rastrelliger kanagurta (kembung lelaki), Euthynnus affinis (tongkol), Katsuwonus pelamis (cakalang).
2.         Compressed atau pipih, yaitu bentuk tubuh yang gepeng ke samping. Tinggi badan jauh lebih besar bila dibandingkan dengan tebal ke samping (lebar tubuh). Lebar tubuh juga lebih kecil daripada panjang tubuh. Contoh: Parastromateus niger (bawal hitam).
3.         Depressed atau picak, yaitu bentuk tubuh yang gepeng ke bawah. Tinggi badan jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan tebal ke arah samping badan (lebar tubuh). Contoh: Rhynchobatus djiddensis (pare kekeh).
4.         Anguilliform atau bentuk ular atau sidat atau belut, yaitu bentuk tubuh ikan yang memanjang dengan penampang lintang yang agak silindris dan kecil serta pada bagian ujung meruncing/tipis. Contoh: Anguilla celebesensis (sidat).
5.         Filiform atau bentuk tali, yaitu bentuk tubuh yang menyerupai tali. Contoh: Pseudophallus straksii (pipefish).
6.         Taeniform atau flatted-form atau bentuk pita, yaitu bentuk tubuh yang memanjang dan tipis menyerupai pita. Contoh: Trichiurus brevis (ikan layur).
7.         Sagittiform atau bentuk panah, yaitu bentuk tubuh yang menyerupai anak panah. Contoh: Esox lucius (pike).
8.         Globiform atau bentuk bola, yaitu bentuk tubuh ikan yang menyerupai bola. Contoh: Diodon histrix (buntal landak).
9.         Ostraciform atau bentuk kotak, yaitu bentuk tubuh ikan yang menyerupai kotak. Contoh: Tetraodon baileyi (hairy puffer).
Kepala ikan umumnya tidak bersisik, tetapi ada juga yang bersisik. Bagian-bagian pada kepala ikan yang penting adalah:

1.    Tulang-tulang tambahan tutup insang.
Jika dilihat dari arah luar, celah insang tertutup oleh tutup insang (apparatus opercularis). Tulang-tulang tutup insang, terdiri dari:
a.       Os operculare, berupa tulang yang paling besar dan letaknya paling dorsal.
b.      Os preoperculare, berupa tulang sempit yang melengkung seperti sabit dan terletak di depan sekali.
c.       Os interoperculare, juga merupakan tulang yang sempit dan terletak di antara os operculare dan os preoperculare.
d.      Os suboperculare, bagian tulang yang terletak di bawah sekali.
Pada bagian bawah tulang-tulang penutup insang terdapat suatu selaput tipis yang menutupi tulang-tulang di atasnya, disebut membran branchiostega. Membran ini diperkuat oleh radii branchiostega yaitu berupa tulang-tulang kecil yang terletak pada bagian ventral dari faring.

2.    Bentuk mulut.
Ada berbagai macam bentuk mulut ikan dan hal tersebut berkaitan erat dengan jenis makanan yang dimakannya. Bentuk mulut ikan dapat dibedakan atas:
a.       Bentuk tabung (tube like), misalnya pada ikan tangkur kuda (Hippocampus histrix Kaup, 1856)
b.      Bentuk paruh (beak like), misalnya pada ikan julung-julung (Hemirhamphus far (ForsskÃ¥l, 1775))
c.       Bentuk gergaji (saw like) misalnya pada ikan cucut gergaji (Pristis microdon Latham, 1794)
d.      Bentuk terompet, misalnya pada Campylomormyrus elephas (Boulenger, 1898)

Berdasarkan dapat tidaknya mulut ikan tersebut disembulkan, maka bentuk mulut ikan dapat dibedakan atas:
a.         Mulut yang dapat disembulkan, misalnya pada ikan mas (Cyprinus carpio Linnaeus, 1758)
b.        Mulut yang tidak dapat disembulkan, misalnya pada ikan lele (Clarias batrachus (Linnaeus, 1758)

3.    Letak sungut.
Sungut ikan berfungsi sebagai alat peraba dalam mencari makanan dan umumnya terdapat pada ikan-ikan yang aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal) atau ikan-ikan yang aktif mencari makan di dasar perairan.
Ikan-ikan yang memiliki sungut antara lain adalah ikan sembilang (Plotosus canius Hamilton, 1822), ikan lele (Clarias batrachus (Linnaeus, 1758)), dan ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758).
Letak dan jumlah sungut juga berguna untuk identifikasi. Letak, bentuk, dan jumlah sungut berbeda-beda. Ada yang terletak pada hidung, bibir, dagu, sudut mulut, dan sebagainya. Bentuk sungut dapat berupa rambut, pecut/cambuk, sembulan kulit, bulu, dan sebagainya. Ada ikan yang memiliki satu lembar sungut, satu pasang, dua pasang, atau beberapa pasang.




4.    Sisik
Seluruh badan ikan umumnya mempunyai sisik (squama). Sisik disebut juga rangka dermal, yang berhubungan dengan rangka luar (exoskeleton).
Menurut bentuknya, sisik ikan dapat dibedakan atas beberapa tipe, yaitu:
a.         Cosmoid, terdapat pada ikan-ikan purba yang telah punah
b.        Placoid, merupakan sisik tonjolan kulit, banyak terdapat pada ikan yang termasuk kelas Chondrichthyes.
c.         Ganoid, merupakan sisik yang terdiri atas garam-garam ganoin, banyak terdapat pada ikan dari golongan Actinopterygii.
d.        Cycloid, berbentuk seperti lingkaran, umumnya terdapat pada ikan yang berjari-jari sirip lemah (Malacopterygii).
e.         Ctenoid, berbentuk seperti sisir, ditemukan pada ikan yang berjari-jari sirip keras (Acanthopterygii).

5.    Linea lateralis (Gurat sisi)
Pada bagian tengah badan ikan, sebelah kanan dan kiri, mulai dari kepala sampai ke pangkal ekor, terdapat suatu bangunan yang kelihatannya seperti garis memanjang, yang disebut garis rusuk atau gurat sisi (linea lateralis). Garis rusuk dapat ditemukan baik pada ikan yang mempunyai sisik maupun tidak bersisik.
Pada ikan yang bersisik, garis rusuk ini dibentuk oleh sisik yang memiliki pori-pori. Garis rusuk berfungsi sebagai indera keenam pada ikan, yaitu untuk mengetahui perubahan tekanan air yang terjadi sehubungan dengan aliran arus air, untuk mengetahui jika ikan itu mendekati atau menjauhi benda-benda keras, dan untuk osmoregulasi.
Anggota gerak pada ikan berupa sirip-sirip. Ikan dapat bergerak dan berada pada posisi yang diinginkannya karena adanya sirip-sirip tersebut. Sirip ini ada yang berpasangan (bersifat ganda) dan ada juga yang tunggal.
Sirip yang berpasangan adalah sirip dada (pinnae pectoralis = pinnae thoracicae = pectoral fins) disingkat dengan P atau P1 dan sirip perut (pinnae abdominalis = pinnae pelvicalis = pinnae ventralis = pelvic fins = ventral fins), disingkat dengan V atau P2.

6.    Sirip
Sirip yang tidak berpasangan atau sirip tunggal adalah sirip punggung (pinna dorsalis = dorsal fin), disingkat dengan D. Jika sirip punggung terdiri atas dua bagian, maka sirip punggung pertama (di bagian depan) disingkat dengan D1, sedangkan sirip punggung kedua (yang di belakang) disingkat dengan D2, sirip dubur (pinna analis = anal fin), disingkat dengan A, sirip ekor (pinna caudalis = caudal fin), disingkat dengan C.
Ikan-ikan yang mempunyai baik sirip-sirip yang berpasangan maupun sirip tunggal disebut ikan bersirip lengkap. Namun demikian ada juga ikan-ikan yang tidak bersirip lengkap. Ikan buntal (Triodon macropterus) tidak mempunyai sirip perut, sedangkan ikan bawal (Parastromateus niger) juvenil memiliki sirip perut tetapi pada saat dewasa sirip ini tidak berkembang dan bahkan tereduksi.
Pada beberapa jenis ikan, ada sirip yang mengalami modifikasi menjadi semacam alat peraba, penyalur sperma, penyalur cairan beracun, dan lain-lain.
Ikan gurami (Osphronemus gouramy Lacepède, 1801) mempunyai sirip perut yang bermodifikasi menjadi alat peraba. Sirip punggung pertama pada ikan remora (Remora remora (Linnaeus, 1758)) berubah fungsinya menjadi alat penempel. Jari-jari mengeras sirip dada ikan lele (Clarias batrachus) berfungsi sebagai alat penyalur cairan beracun. Ikan terbang (Hyrundichthys oxycephalus) memiliki sirip dada yang sangat panjang sehingga ikan ini dapat terbang di atas permukaan air.
Setiap sirip disusun oleh “membrana”, yaitu suatu selaput yang terdiri dari jaringan lunak, dan “radialia” atau “jari-jari sirip” yang terdiri dari jaringan tulang atau tulang rawan. Radialia ini ada yang bercabang dan ada pula yang tidak, tergantung pada jenisnya.
Kent (1954) membagi bentuk ekor ikan atas empat macam seperti terlihat. Pembagian ini berdasarkan perkembangan arah ujung belakang notochord atau vertebrae, yaitu:
1.        Protocercal, ujung belakang notochord atau vertebrae berakhir lurus pada ujung ekor, umumnya ditemukan pada ikan-ikan yang masih embrio dan ikan Cyclostomata.
2.        Heterocercal, ujung belakang notochord pada bagian ekor agak membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris, misalnya pada ikan cucut.
3.        Homocercal, ujung notochord pada bagian ekor juga agak membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris bila dilihat dari dalam tetapi terbagi secara simetris bila dilihat dari arah luar, terdapat pada Teleostei.
4.        Diphycercal, ujung notochord lurus ke arah cauda sehingga sirip ekor terbagi secara simetris baik dari arah dalam maupun dari arah luar, terdapat pada ikan Dipnoi dan Latimeria menadoensis Pouyaud,
Jika ditinjau dari bentuk luar sirip ekor, maka secara morfologis dapat dibedakan beberapa bentuk sirip ekor, yaitu:
1.      Rounded (membundar), misalnya pada ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis).
2.      Truncate (berpinggiran tegak), misalnya pada ikan tambangan (Lutjanus johni).
3.      Pointed (meruncing), misalnya pada ikan sembilang (Plotosus canius).
4.      Wedge shape (bentuk baji), misalnya pada ikan gulamah (Argyrosomus amoyensis).
5.      Emarginate (berpinggiran berlekuk tunggal), misalnya pada ikan lencam merah (Lethrinus obsoletus).
6.      Double emarginate (berpinggiran berlekuk ganda), misalnya pada ikan ketang-ketang (Drepane punctata).
7.      Forked / Furcate (bercagak), misalnya pada ikan cipa-cipa (Atropus atropos).
8.      Lunate (bentuk sabit), misalnya pada ikan tuna mata besar (Thunnus obesus).
9.      Epicercal (bagian daun sirip atas lebih besar), misalnya pada ikan cucut martil (Eusphyra blochii).
10.  Hypocercal (bagian daun sirip bawah lebih besar), misalnya pada ikan terbang (Exocoetus volitans).


B.   Anatomi
Ada 10 sistem anatomi pada tubuh ikan :
1.      Sistem penutup tubuh (kulit) : antara lain sisik, kelenjar racun, kelenjar lendir, dan sumber-sumber pewarnaan.
2.      Sistem otot (urat daging): - penggerak tubuh, sirip-sirip, insang, organ listrik
3.      Sistem rangka (tulang) : tempat melekatnya otot; pelindung organ-organ dalam dan penegak tubuh
4.      Sistem pernapasan (respirasi): organnya terutama insang; ada organ-organ tambahan
5.      Sistem peredaran darah (sirkulasi): - organnya jantung dan sel-sel darah- mengedarkan O2, nutrisi, dsb
6.      Sistem pencernaan : organnya saluran pencernaan dari mulut – anus
7.      Sistem saraf : organnya otak dan saraf-saraf tepi
8.      Sistem hormon : kelenjar-kelenjar hormon; untuk pertumbuhan, reproduksi, dsb
9.      Sistem ekskresi dan osmoregulasi : organnya terutama ginjal
10.  Sistem reproduksi dan embriologi : organnya gonad jantan dan betina
Ada hubungan yg sangat erat antara ke-10 sistem anatomi tersebut, misalnya : menentukan cara bergeraknya mempengaruhi bentuk tubuh-sistem urat daging dan sistem rangka-O2 dari perairan ditangkap oleh sistem pernafasan dan peredaran darah dibawa ke seluruh tubuh melalui darah darah, dipertukarkan dengan CO2.  

C.   Fisiologi
Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi,, pencernaan, sistem urogenital, sistem saraf, sistem endokrin.

1.    Sistem respirasi dan Osmoregulasi
Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum.

Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Untuk menyimpan cadangan O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung.
Salah satu penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya, karena sebagian hewan vertebrata air mengandung garam dengan konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan osmotiknya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu.
Mekanisme pernapasan ikan bertulang sejati dilakukan melalui mekanisme inspirasi dan ekspirasi.
a.         Fase inspirasi ikan
Gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang tetap menempel pada tubuh mengakibatkan rongga mulut bertambah besar, sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan udara dalam rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut membuka sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut. Perhatikan gambar di samping.
b.         Fase ekspirasi ikan
Setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut menutup. Insang kembali ke kedudukan semula diikuti membukanya celah insang. Air dalam mulut mengalir melalui celah-celah insang dan menyentuh lembaran-lembaran insang. Pada tempat ini terjadi pertukaran udara pernapasan. Darah melepaskan CO2 ke dalam air dan mengikat O2 dari air.
Pada fase inspirasi, O2 dan air masuk ke dalam insang, kemudian O2 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang, dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.

2.    Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasi pada ikan berupa sistem tunggal. Jantung ikan hanya terisi darah yang tidak mengandung oksigen. Darah dari jantung dipompa menuju insang mengisi oksigen lalu menyalurkannya ke seluruh tubuh. Jatung hanya memiliki 2 bilik yaitu atrium dan ventrikel. Darah sebelum masuk atrium terlebih dahulu melewati sinus venosus dari atrium darah menuju ventrikel yang juga berdinding tipis, kemudian dipompa ke luar menuju aorta ventral. Darah dari aorta ventral menuju ke daerah insang lewat arteri brankia aferentia, selanjutnya dari insang oleh putaran eferen mengumpul pada aorta dorsal. Pembuluh ini disebut telapa aortik yang menyambung aorta ventral dan dorsal. Telapak aortik pada saat perkembangan embrio ada 6 buah, meskipun pada perkembangan selanjutnya tereduksi atau mengalami modifikasi menjadi lebih banyak.
Sinus venosus merupakan gabungan pembuluh vena kardinal atau pembuluh Cuvier yang merupakan gabungan dari kardinal posterior dan anterior. Darah dari kepala dikumpulkan oleh kardinal anterior dan darah dari ginjal dan gonade dikumpulkan oleh kardinal posterior. Pembuluh Cuvier adalah pembuluh vena latero abdominalis yang menerima darah dari dinding tubuh dan alat gerak. Sistem portal renalis terdiri vena kaudal dan 2 pembuluh portal ginjal. Darah dari ekor menuju portal renalis lalu ke kapiler ginjal. Sistem portal hepatik mengalirkan darah dari perut dan usus kemudian kembali ke hati, sesudah itu masuk ke sinus venosus melalui sepasang vena hepatika.
Kenus arteriosus pada ikan kartilago mempunyai 8 katup untuk mencegah darah kembali ke jantung, pada ikan bertulang sejati hanya satu, sedangkan pada ikan Dipnoi ditemukan atrium sehingga ada atrium kanan dan kiri.

3.    Sistem Pencernaan
Gigi hiu sudah berkembang baik. Bentuk ikan pari dan Chimera, seperti lempengan berbentuk kerucut yang berguna untukmenghancurkan molusca dan organisme bercangkang yang hidup di dasar laut. Lempeng analog juga ditemukan pada Dipnoi. Letak gigi pada ikan yang lebih maju agak ke arah palanum dan ke arah farink.
Oleh sebab ikan hidup di di air maka tidak memerlukan banyak kelenjer di mulut untuk membasahi makanannya, namun masih ada beberapa kelenjer mukosa. Esofagus ikan biasanya sangat pendek. Usus Elasmobranchi, dibedakan menjadi menjadi usus besar dan usus kecil, ditandai dengan adanya katup spiral untuk mempertinggi absorpsi. Permukaan ini akan hilang bila permukaan absorpsi dinaikkan dengan cara pemanjangan usus.

4.    Sistem urogenital
Sistem ekskresi ikan mempunyai beberapa fungsi yaitu untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolisme protein.
Ginjal ikan bertipe mesonefros. Ini merupakan sekumpulan tubulus yang pada awal perkembangan susunannya bersegmen dan akhirnya tidak. Setiap tubulus menggulung , baik prosimal maupun distal, kemudian mengumpul arah longitudinal disebut duktus arkinefridikus. Setelah mengarah ke luar, biasanya lewat kantung yang merupakan penampung sisa hasil dari sistem pencernaan atau sistem urogenital. Bagian proksimal beberapa bagian tubulus mengumpul di kapsul hemisfer sebagai kapsula Bowman pada glomerulus. Kapsula dan glomerulus, membentuk kapsula renalis. Air, garam dan sisa metabolisme dalam aliran darah masuk ke dalam kapsula dan mengalir ke dalam tubulus ke duktus arkinepridikus dan akhirnya ke luar tubuh. Sistem ini ada yang berubah karena variasi kebutuhan hidup ikan. Pada ikan hiu, fungsi duktus ganod dan dinjal telah berkembang dilengkapi dengan duktus urinari.
Ginjal ikan harus berperan besar untuk menjaga keseimbangan garam tubuh. Beberapa ikan laut memiliki kelenjer ekskresi garam pada insang, yang berperan dalam mengeliminasi kelebihan gara. Ginjal berfungsi untuk menyering sesuatu yang terlarut dalam air darah dan hasilnya akan dikeluarkan lewat korpus renalis. Tubulus yang bergulung berperan penting dalam menjaga keseimbangan air. Korpus renalis lebih besar pada ikan air tawar dari pada ikan air laut, sehingga cairan tubuh tidak banyak keluar karena penting untuk menjaga over difusi (agar cairan tubuh tidak terlalu encer).
Hermaprodit jarang ditemukan pada vertebrata, tapi ditemukan pada 13 familia ikan bertulang sejati. Bagian anterior gonad menghasilkan telur sedangkan bagian posterior menghasilkan spermatozoa. Umumnya kematangan gonad hanya untuk produksi ovum atau spermatozoa dan tidak keduanya.
Ikan kartilago dan tulang sejati umumnya mempunyai sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya terpisah. Ikan betina biasanya mempunyai dua oviduk. Beberapa Elasmobranchi adalah oviar dan meletakkan telurnya di air, sedangkan untuk yang ovovivipar mengeram telurnya di perluasan bagian bawah oviduk yang disebut uterus.
Beberapa ikan tulang sejati prodigious yaitu sejumlah telur diproduksi selama musim kawin yang pendek, ovariumnya berhubungan dengan oviduk untuk mencegah telur lari ke dalam rongga tubuh. Juga pada beberapa Teleostei, bagian bawah dari sepasang oviduk menyatu. Sebagian besar ikan Teleostei adalah ovipar, tetapi ada beberapa yang mengerami telur di dalam tubuhnya.
 

DAFTAR PUSTAKA

Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Sinar Wijaya
Munaf, Herman. 2006. Taksonomi Vertebrata. Padang: Jurusan Biologi FMIPA UNP.
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta:Pendidikan Biologi FMIPA UNY


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text