KELAS PISCES
Secara umum yang dimaksud dengan ikan adalah
hewan vertebrata yang berdarah dingin yang hidup di air, perkembangan dan
keseimbangan menggunkan sirip pada umumnya bernapas dengan insang sedangkan
ilmu pengetahuan yang membahas tentang ikan dan segala aspek yang berhubungan
dengannya adalah Ikhtiologi.
Ikan adalah
hewan yang bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah dingin
(poikilothermal) dimana hidupnya dilingkungan air, pergerakan dan keseimbangan
dengan menggunakan sirip serta pada umumnya bernafas dengan insang.
Ikan adalah
kelompok vertebrata yang paling besar jumlahnya. Ikan mendominasi kehidupan perairan diseluruh permukaan bumi. Jumlah spesies ikan yang
telah berhasil dicatat adalah sekitar 21000 spesies dan diperkirakan berkembang
mencapai 28000 spesies. Jumlah spesies ikan yang hidup dipermukaan bumi adalah
21.723 spesies, sementara jumlah spesies vertebrata yang ada diperkirakan
sekitar 43.173 spsies.
A.
Morfologi
Pada umumnya
tubuh ikan terbagi atas tiga bagian, yaitu:
1.
Caput: bagian kepala, yaitu mulai dari ujung moncong
terdepan sampai dengan ujung tutup insang paling belakang. Pada bagian kepala
terdapat mulut, rahang atas, rahang bawah, gigi, sungut, hidung, mata, insang,
tutup insang, otak, jantung, dan sebagainya.
2.
Truncus: bagian badan, yaitu mulai dari ujung tutup
insang bagian belakang sampai dengan permulaan sirip dubur. Pada bagian badan
terdapat sirip punggung, sirip dada, sirip perut, serta organ-organ dalam
seperti hati, empedu, lambung, usus, gonad, gelembung renang, ginjal, limpa,
dan sebagainya.
3.
Cauda: bagian ekor, yaitu mulai dari permulaan sirip
dubur sampai dengan ujung sirip ekor bagian paling belakang. Pada bagian ekor
terdapat anus, sirip dubur, sirip ekor, dan kadang-kadang juga terdapat scute
dan finlet.
Bagian tubuh ikan mempunyai ukuran yang sangat
bervariasi. Ukuran bagian badan pada ikan tambakan (Helostoma temminckii Cuvier,
1829) sangat pendek, sirip dubur sangat panjang, dan permulaan sirip dubur
tidak jauh dari bagian kepala. Sebaliknya, ukuran bagian badan pada ikan belut
sangat panjang.
Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan
tempat dan cara mereka hidup. Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau
simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian
tengah-tengah tubuhnya (potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang
sama antara sisi kanan dan sisi kiri. Selain itu, ada beberapa jenis ikan yang
mempunyai bentuk non-simetris bilateral, yang mana jika tubuh ikan tersebut
dibelah secara melintang (cross section) maka terdapat perbedaan
antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh, misalnya pada ikan langkau (Psettodes
erumei) dan ikan lidah (Cynoglossus bilineatus). Bentuk tubuh
simetris dapat dibedakan atas:
1.
Fusiform atau bentuk torpedo (bentuk cerutu), yaitu suatu
bentuk yang sangat stream-line untuk bergerak dalam suatu medium tanpa
mengalami banyak hambatan. Tinggi tubuh hampir sama dengan lebar tubuh,
sedangkan panjang tubuh beberapa kali tinggi tubuh. Bentuk tubuh hampir
meruncing pada kedua bagian ujung. Contoh: Rastrelliger kanagurta (kembung
lelaki), Euthynnus affinis (tongkol), Katsuwonus pelamis (cakalang).
2.
Compressed atau pipih, yaitu bentuk
tubuh yang gepeng ke samping. Tinggi badan jauh lebih besar bila dibandingkan
dengan tebal ke samping (lebar tubuh). Lebar tubuh juga lebih kecil daripada
panjang tubuh. Contoh: Parastromateus niger (bawal hitam).
3.
Depressed atau picak, yaitu bentuk
tubuh yang gepeng ke bawah. Tinggi badan jauh lebih kecil bila dibandingkan
dengan tebal ke arah samping badan (lebar tubuh). Contoh: Rhynchobatus djiddensis
(pare kekeh).
4.
Anguilliform atau bentuk ular atau
sidat atau belut, yaitu bentuk tubuh ikan yang memanjang dengan penampang
lintang yang agak silindris dan kecil serta pada bagian ujung meruncing/tipis.
Contoh: Anguilla celebesensis (sidat).
5.
Filiform atau bentuk tali, yaitu
bentuk tubuh yang menyerupai tali. Contoh: Pseudophallus straksii
(pipefish).
6.
Taeniform atau flatted-form atau
bentuk pita, yaitu bentuk tubuh yang memanjang dan tipis menyerupai pita.
Contoh: Trichiurus brevis (ikan layur).
7.
Sagittiform atau bentuk panah, yaitu
bentuk tubuh yang menyerupai anak panah. Contoh: Esox lucius (pike).
8.
Globiform atau bentuk bola, yaitu
bentuk tubuh ikan yang menyerupai bola. Contoh: Diodon histrix (buntal
landak).
9.
Ostraciform atau bentuk kotak, yaitu
bentuk tubuh ikan yang menyerupai kotak. Contoh: Tetraodon baileyi (hairy puffer).
Kepala ikan umumnya tidak bersisik, tetapi ada juga
yang bersisik. Bagian-bagian pada kepala ikan yang penting adalah:
1.
Tulang-tulang
tambahan tutup insang.
Jika dilihat dari arah luar, celah insang tertutup
oleh tutup insang (apparatus opercularis). Tulang-tulang tutup insang, terdiri
dari:
a.
Os operculare, berupa tulang yang paling besar dan
letaknya paling dorsal.
b.
Os preoperculare, berupa tulang sempit yang
melengkung seperti sabit dan terletak di depan sekali.
c.
Os interoperculare, juga merupakan tulang yang
sempit dan terletak di antara os operculare dan os preoperculare.
d.
Os suboperculare, bagian tulang yang terletak di
bawah sekali.
Pada bagian bawah tulang-tulang penutup insang
terdapat suatu selaput tipis yang menutupi tulang-tulang di atasnya, disebut
membran branchiostega. Membran ini diperkuat oleh radii branchiostega yaitu
berupa tulang-tulang kecil yang terletak pada bagian ventral dari faring.
2.
Bentuk
mulut.
Ada berbagai macam bentuk mulut ikan dan hal
tersebut berkaitan erat dengan jenis makanan yang dimakannya. Bentuk mulut ikan
dapat dibedakan atas:
a.
Bentuk tabung (tube
like), misalnya pada ikan tangkur kuda (Hippocampus histrix Kaup,
1856)
b.
Bentuk paruh (beak
like), misalnya pada ikan julung-julung (Hemirhamphus far (Forsskål, 1775))
c.
Bentuk gergaji (saw
like) misalnya pada ikan cucut gergaji (Pristis
microdon Latham, 1794)
d.
Bentuk terompet, misalnya pada Campylomormyrus
elephas (Boulenger, 1898)
Berdasarkan dapat tidaknya mulut ikan tersebut
disembulkan, maka bentuk mulut ikan dapat dibedakan atas:
a.
Mulut yang dapat disembulkan, misalnya pada ikan mas
(Cyprinus carpio Linnaeus, 1758)
b.
Mulut yang tidak dapat disembulkan, misalnya pada
ikan lele (Clarias batrachus
(Linnaeus, 1758)
3.
Letak
sungut.
Sungut ikan berfungsi sebagai alat peraba dalam
mencari makanan dan umumnya terdapat pada ikan-ikan yang aktif mencari makan
pada malam hari (nokturnal) atau ikan-ikan yang aktif mencari makan di dasar
perairan.
Ikan-ikan yang memiliki sungut antara lain adalah
ikan sembilang (Plotosus canius Hamilton,
1822), ikan lele (Clarias batrachus (Linnaeus,
1758)), dan ikan mas (Cyprinus carpio
carpio Linnaeus, 1758).
Letak dan jumlah sungut juga berguna untuk
identifikasi. Letak, bentuk, dan jumlah sungut berbeda-beda. Ada yang terletak
pada hidung, bibir, dagu, sudut mulut, dan sebagainya. Bentuk sungut dapat
berupa rambut, pecut/cambuk, sembulan kulit, bulu, dan sebagainya. Ada ikan
yang memiliki satu lembar sungut, satu pasang, dua pasang, atau beberapa
pasang.
4.
Sisik
Seluruh badan ikan umumnya mempunyai sisik (squama). Sisik disebut juga rangka
dermal, yang berhubungan dengan rangka luar (exoskeleton).
Menurut
bentuknya, sisik ikan dapat dibedakan atas beberapa tipe, yaitu:
a.
Cosmoid, terdapat pada ikan-ikan purba yang telah
punah
b.
Placoid, merupakan sisik tonjolan kulit, banyak
terdapat pada ikan yang termasuk kelas Chondrichthyes.
c.
Ganoid, merupakan sisik yang terdiri atas
garam-garam ganoin, banyak terdapat pada ikan dari golongan Actinopterygii.
d.
Cycloid, berbentuk seperti lingkaran, umumnya
terdapat pada ikan yang berjari-jari sirip lemah (Malacopterygii).
e.
Ctenoid, berbentuk seperti sisir, ditemukan pada
ikan yang berjari-jari sirip keras (Acanthopterygii).
5.
Linea lateralis (Gurat sisi)
Pada bagian tengah badan ikan, sebelah kanan dan
kiri, mulai dari kepala sampai ke pangkal ekor, terdapat suatu bangunan yang
kelihatannya seperti garis memanjang, yang disebut garis rusuk atau gurat sisi
(linea lateralis). Garis rusuk dapat ditemukan baik pada ikan yang mempunyai
sisik maupun tidak bersisik.
Pada ikan yang bersisik, garis rusuk ini dibentuk
oleh sisik yang memiliki pori-pori. Garis rusuk berfungsi sebagai indera keenam
pada ikan, yaitu untuk mengetahui perubahan tekanan air yang terjadi sehubungan
dengan aliran arus air, untuk mengetahui jika ikan itu mendekati atau menjauhi
benda-benda keras, dan untuk osmoregulasi.
Anggota gerak pada ikan berupa sirip-sirip. Ikan
dapat bergerak dan berada pada posisi yang diinginkannya karena adanya sirip-sirip
tersebut. Sirip ini ada yang berpasangan (bersifat ganda) dan ada juga yang
tunggal.
Sirip yang berpasangan adalah sirip dada (pinnae
pectoralis = pinnae thoracicae = pectoral fins) disingkat dengan P atau P1 dan
sirip perut (pinnae abdominalis = pinnae pelvicalis = pinnae ventralis = pelvic
fins = ventral fins), disingkat dengan V atau P2.
6.
Sirip
Sirip yang tidak berpasangan atau sirip tunggal
adalah sirip punggung (pinna dorsalis = dorsal fin), disingkat dengan D. Jika
sirip punggung terdiri atas dua bagian, maka sirip punggung pertama (di bagian
depan) disingkat dengan D1, sedangkan sirip punggung kedua (yang di belakang)
disingkat dengan D2, sirip dubur (pinna analis = anal fin), disingkat dengan A,
sirip ekor (pinna caudalis = caudal fin), disingkat dengan C.
Ikan-ikan yang mempunyai baik sirip-sirip yang
berpasangan maupun sirip tunggal disebut ikan bersirip lengkap. Namun demikian
ada juga ikan-ikan yang tidak bersirip lengkap. Ikan buntal (Triodon
macropterus) tidak mempunyai sirip perut, sedangkan ikan bawal (Parastromateus
niger) juvenil memiliki sirip perut tetapi pada saat dewasa sirip ini tidak
berkembang dan bahkan tereduksi.
Pada beberapa jenis ikan, ada sirip yang mengalami
modifikasi menjadi semacam alat peraba, penyalur sperma, penyalur cairan
beracun, dan lain-lain.
Ikan gurami (Osphronemus
gouramy Lacepède, 1801) mempunyai sirip perut yang bermodifikasi menjadi
alat peraba. Sirip punggung pertama pada ikan remora (Remora remora (Linnaeus,
1758)) berubah fungsinya menjadi alat penempel. Jari-jari mengeras sirip dada
ikan lele (Clarias batrachus) berfungsi sebagai alat penyalur cairan beracun.
Ikan terbang (Hyrundichthys oxycephalus) memiliki sirip dada yang sangat
panjang sehingga ikan ini dapat terbang di atas permukaan air.
Setiap sirip disusun oleh “membrana”, yaitu suatu
selaput yang terdiri dari jaringan lunak, dan “radialia” atau “jari-jari sirip”
yang terdiri dari jaringan tulang atau tulang rawan. Radialia ini ada yang
bercabang dan ada pula yang tidak, tergantung pada jenisnya.
Kent (1954) membagi bentuk ekor ikan atas empat
macam seperti terlihat. Pembagian ini berdasarkan perkembangan arah ujung
belakang notochord atau vertebrae, yaitu:
1.
Protocercal, ujung belakang notochord atau vertebrae
berakhir lurus pada ujung ekor, umumnya ditemukan pada ikan-ikan yang masih
embrio dan ikan Cyclostomata.
2.
Heterocercal, ujung belakang notochord pada bagian
ekor agak membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris,
misalnya pada ikan cucut.
3.
Homocercal, ujung notochord pada bagian ekor juga
agak membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris bila
dilihat dari dalam tetapi terbagi secara simetris bila dilihat dari arah luar,
terdapat pada Teleostei.
4.
Diphycercal, ujung notochord lurus ke arah cauda
sehingga sirip ekor terbagi secara simetris baik dari arah dalam maupun dari
arah luar, terdapat pada ikan Dipnoi dan Latimeria menadoensis Pouyaud,
Jika ditinjau dari bentuk luar sirip ekor, maka
secara morfologis dapat dibedakan beberapa bentuk sirip ekor, yaitu:
1.
Rounded (membundar),
misalnya pada ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis).
2.
Truncate
(berpinggiran tegak), misalnya pada ikan tambangan (Lutjanus johni).
3.
Pointed (meruncing),
misalnya pada ikan sembilang (Plotosus canius).
4.
Wedge shape (bentuk
baji), misalnya pada ikan gulamah (Argyrosomus amoyensis).
5.
Emarginate
(berpinggiran berlekuk tunggal), misalnya pada ikan lencam merah (Lethrinus
obsoletus).
6.
Double
emarginate (berpinggiran berlekuk ganda), misalnya pada ikan ketang-ketang (Drepane
punctata).
7.
Forked /
Furcate (bercagak), misalnya pada ikan cipa-cipa (Atropus atropos).
8.
Lunate (bentuk
sabit), misalnya pada ikan tuna mata besar (Thunnus obesus).
9.
Epicercal (bagian daun
sirip atas lebih besar), misalnya pada ikan cucut martil (Eusphyra blochii).
10.
Hypocercal (bagian daun
sirip bawah lebih besar), misalnya pada ikan terbang (Exocoetus volitans).
B. Anatomi
Ada 10 sistem anatomi pada tubuh ikan :
1. Sistem penutup
tubuh (kulit) : antara lain sisik, kelenjar racun, kelenjar lendir,
dan sumber-sumber
pewarnaan.
2. Sistem otot (urat
daging): - penggerak tubuh, sirip-sirip, insang, organ listrik
3. Sistem rangka
(tulang) : tempat melekatnya otot; pelindung organ-organ dalam
dan penegak tubuh
4. Sistem pernapasan
(respirasi): organnya terutama insang; ada organ-organ
tambahan
5. Sistem peredaran
darah (sirkulasi): - organnya jantung dan sel-sel darah- mengedarkan O2,
nutrisi, dsb
6. Sistem pencernaan :
organnya saluran pencernaan dari mulut – anus
7. Sistem saraf :
organnya otak dan saraf-saraf tepi
8. Sistem hormon :
kelenjar-kelenjar hormon; untuk pertumbuhan, reproduksi, dsb
9. Sistem ekskresi dan
osmoregulasi : organnya terutama ginjal
10. Sistem reproduksi
dan embriologi : organnya gonad jantan dan betina
Ada hubungan yg
sangat erat antara ke-10 sistem anatomi tersebut, misalnya :
menentukan cara
bergeraknya mempengaruhi
bentuk tubuh-sistem urat daging dan sistem rangka-O2 dari
perairan ditangkap oleh sistem pernafasan dan peredaran darah
dibawa ke seluruh
tubuh melalui darah darah, dipertukarkan dengan CO2.
C. Fisiologi
Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi,
sistem sirkulasi, sistem respirasi,, pencernaan, sistem urogenital, sistem
saraf, sistem endokrin.
1. Sistem
respirasi dan Osmoregulasi
Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang
berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian
terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan
erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang
filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada
filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga
memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar.
Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut
operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh
operkulum.
Insang tidak saja berfungsi sebagai
alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam,
penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan
mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk
lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini
berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Untuk menyimpan cadangan O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang
yang terletak di dekat punggung.
Salah satu penyesuaian ikan terhadap
lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya,
karena sebagian hewan vertebrata air mengandung garam dengan konsentrasi yang
berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan osmotiknya untuk
memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu.
Mekanisme
pernapasan ikan bertulang sejati dilakukan melalui mekanisme inspirasi dan ekspirasi.
a.
Fase
inspirasi ikan
Gerakan tutup insang ke samping dan
selaput tutup insang tetap menempel pada tubuh mengakibatkan rongga mulut
bertambah besar, sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan
udara dalam rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut
membuka sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut. Perhatikan gambar di
samping.
b.
Fase
ekspirasi ikan
Setelah air masuk ke dalam rongga mulut,
celah mulut menutup. Insang kembali ke kedudukan semula diikuti membukanya
celah insang. Air dalam mulut mengalir melalui celah-celah insang dan menyentuh
lembaran-lembaran insang. Pada tempat ini terjadi pertukaran udara pernapasan.
Darah melepaskan CO2 ke dalam air dan mengikat O2 dari
air.
Pada fase inspirasi, O2 dan
air masuk ke dalam insang, kemudian O2 diikat oleh kapiler darah
untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase
ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke
insang, dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.
2. Sistem
sirkulasi
Sistem sirkulasi pada
ikan berupa sistem tunggal. Jantung ikan hanya terisi darah yang tidak
mengandung oksigen. Darah dari jantung dipompa menuju insang mengisi oksigen
lalu menyalurkannya ke seluruh tubuh. Jatung hanya memiliki 2 bilik yaitu
atrium dan ventrikel. Darah sebelum masuk atrium terlebih dahulu melewati sinus
venosus dari atrium darah menuju ventrikel yang juga berdinding tipis, kemudian
dipompa ke luar menuju aorta ventral. Darah dari aorta ventral menuju ke daerah
insang lewat arteri brankia aferentia, selanjutnya dari insang oleh putaran
eferen mengumpul pada aorta dorsal. Pembuluh ini disebut telapa aortik yang
menyambung aorta ventral dan dorsal. Telapak aortik pada saat perkembangan
embrio ada 6 buah, meskipun pada perkembangan selanjutnya tereduksi atau
mengalami modifikasi menjadi lebih banyak.
Sinus venosus
merupakan gabungan pembuluh vena kardinal atau pembuluh Cuvier yang merupakan
gabungan dari kardinal posterior dan anterior. Darah dari kepala dikumpulkan
oleh kardinal anterior dan darah dari ginjal dan gonade dikumpulkan oleh
kardinal posterior. Pembuluh Cuvier adalah pembuluh vena latero abdominalis
yang menerima darah dari dinding tubuh dan alat gerak. Sistem portal renalis
terdiri vena kaudal dan 2 pembuluh portal ginjal. Darah dari ekor menuju portal
renalis lalu ke kapiler ginjal. Sistem portal hepatik mengalirkan darah dari
perut dan usus kemudian kembali ke hati, sesudah itu masuk ke sinus venosus
melalui sepasang vena hepatika.
Kenus arteriosus pada
ikan kartilago mempunyai 8 katup untuk mencegah darah kembali ke jantung, pada
ikan bertulang sejati hanya satu, sedangkan pada ikan Dipnoi ditemukan atrium
sehingga ada atrium kanan dan kiri.
3. Sistem
Pencernaan
Gigi hiu sudah
berkembang baik. Bentuk ikan pari dan Chimera, seperti lempengan berbentuk
kerucut yang berguna untukmenghancurkan molusca dan organisme bercangkang yang
hidup di dasar laut. Lempeng analog juga ditemukan pada Dipnoi. Letak gigi pada
ikan yang lebih maju agak ke arah palanum dan ke arah farink.
Oleh sebab ikan hidup
di di air maka tidak memerlukan banyak kelenjer di mulut untuk membasahi
makanannya, namun masih ada beberapa kelenjer mukosa. Esofagus ikan biasanya
sangat pendek. Usus Elasmobranchi, dibedakan menjadi menjadi usus besar dan
usus kecil, ditandai dengan adanya katup spiral untuk mempertinggi absorpsi.
Permukaan ini akan hilang bila permukaan absorpsi dinaikkan dengan cara
pemanjangan usus.
4. Sistem urogenital
Sistem ekskresi ikan
mempunyai beberapa fungsi yaitu untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga
keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolisme
protein.
Ginjal ikan bertipe
mesonefros. Ini merupakan sekumpulan tubulus yang pada awal perkembangan
susunannya bersegmen dan akhirnya tidak. Setiap tubulus menggulung , baik
prosimal maupun distal, kemudian mengumpul arah longitudinal disebut duktus
arkinefridikus. Setelah mengarah ke luar, biasanya lewat kantung yang merupakan
penampung sisa hasil dari sistem pencernaan atau sistem urogenital. Bagian
proksimal beberapa bagian tubulus mengumpul di kapsul hemisfer sebagai kapsula
Bowman pada glomerulus. Kapsula dan glomerulus, membentuk kapsula renalis. Air,
garam dan sisa metabolisme dalam aliran darah masuk ke dalam kapsula dan
mengalir ke dalam tubulus ke duktus arkinepridikus dan akhirnya ke luar tubuh.
Sistem ini ada yang berubah karena variasi kebutuhan hidup ikan. Pada ikan hiu,
fungsi duktus ganod dan dinjal telah berkembang dilengkapi dengan duktus
urinari.
Ginjal ikan harus
berperan besar untuk menjaga keseimbangan garam tubuh. Beberapa ikan laut
memiliki kelenjer ekskresi garam pada insang, yang berperan dalam mengeliminasi
kelebihan gara. Ginjal berfungsi untuk menyering sesuatu yang terlarut dalam
air darah dan hasilnya akan dikeluarkan lewat korpus renalis. Tubulus yang
bergulung berperan penting dalam menjaga keseimbangan air. Korpus renalis lebih
besar pada ikan air tawar dari pada ikan air laut, sehingga cairan tubuh tidak
banyak keluar karena penting untuk menjaga over difusi (agar cairan tubuh tidak
terlalu encer).
Hermaprodit jarang
ditemukan pada vertebrata, tapi ditemukan pada 13 familia ikan bertulang
sejati. Bagian anterior gonad menghasilkan telur sedangkan bagian posterior
menghasilkan spermatozoa. Umumnya kematangan gonad hanya untuk produksi ovum
atau spermatozoa dan tidak keduanya.
Ikan kartilago dan
tulang sejati umumnya mempunyai sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya
terpisah. Ikan betina biasanya mempunyai dua oviduk. Beberapa Elasmobranchi
adalah oviar dan meletakkan telurnya di air, sedangkan untuk yang ovovivipar
mengeram telurnya di perluasan bagian bawah oviduk yang disebut uterus.
Beberapa ikan tulang
sejati prodigious yaitu sejumlah telur diproduksi selama musim kawin yang
pendek, ovariumnya berhubungan dengan oviduk untuk mencegah telur lari ke dalam
rongga tubuh. Juga pada beberapa Teleostei, bagian bawah dari sepasang oviduk menyatu.
Sebagian besar ikan Teleostei adalah ovipar, tetapi ada beberapa yang mengerami
telur di dalam tubuhnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Jasin, Maskoeri. 1992.
Zoologi Vertebrata untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Sinar Wijaya
Munaf, Herman. 2006.
Taksonomi Vertebrata. Padang: Jurusan Biologi FMIPA UNP.
Sukiya. 2001. Biologi
Vertebrata. Yogyakarta:Pendidikan Biologi FMIPA UNY